20 tahun berpenampilan sama, namun tidak pernah sedikitpun merasa bosan dengan tampilannya.
Itulah yang dirasakan oleh M. Firman seorang pria penggemar Volkswagen lawas yang tinggal di daerah pejaten. Sejak lahir dan tiba di Indonesia, Volkswagen Type 2 T2 ini langsung diadopsi oleh orang tuanya. Sebuah Volkswagen Type 2 produksi 1977 ini pun diboyong dari Showroom Garuda Mataram. Ini merupakan salah satu Old-Volkswagen yang ada di Indonesia dan sejak di produksi dimiliki oleh satu keluarga dan belum pernah dipindah tangankan.
Lahir dari keluarga pecinta Volkswagen, Firman pun akhirnya dipercayakan oleh Ayahnya untuk merawat VW Kombi ini. Ia mulai memegang VW Kombi ini sejak tahun 1986 ketika ia duduk di bangku SMA. VW Kombi ini diberikan ayahnya sebagai kendaraan untuk pergi ke sekolah.
Baru sekitar tahun 1997 tepatnya satu tahun sebelum terjadi demo besar-besaran dan terjadinya krisis moneter, Firman memasukan VW Kombinya ini ke bengkel Jana Raya di bilangan Kedoya Jakarta Barat. Sebuah bengkel yang pada jamannya sering menjadi bengkel restorasi penggemar VW di Jakarta.
Setelah mendapatkan ide untuk VW kombinya, akhirnya ia memutuskan untuk mengkastem VW Kombi tersebut sesuai dengan keinginannya. Style yang dipilih yaitu hasil adaptasi dari Californian Look ditambah kreasi sendiri. Firman yang saat ini tergabung dengan Frog’s Bread Club ini pun melakukan full restorasi pada bodi, chassis dan interior.
Pada bagian bodi Firman melakukan perubahan dengan melebarkan bagian spakbor belakang, dengan alasan ia akan memasangkan velg Foose Porsche Style ukuran 15″ dengan lebar 7″ yang dibalut oleh ban GT Champiro 195/50/15 untuk depan dan velg lebar 8″ dibalut ban 225/60/15 untuk belakang. Tentu akan menjadi hal yang mustahil apabila ia tidak melakukan perubahan pada bagian spakbor. Selain itu pada bagian kaki-kaki ia adjust tidak dengan menggunakan adjustser dan drop spindle, melainkan hanya ceper “tradisional”. Sehingga bodi VW kombi yang cukup besar pun lebih membumi.
Kemudian setelah melakukan perubahan pada bodi, akhirnya tahap pnegecatan pun dilakukan. Dengan memilih duo-tone, Firman memilih warna Mint Green dari Duppont dan Super White dari Sikkens. Paduan warna tersebut memiliki style yang berbeda dengan model duo-tone yang ada di kombi-kombi lainnya. Ia pakai style water splash untuk memadukan dua warna tersebut. Sehingga tampilan VW Kombi ini, menjadi segar seperti disiram oleh air Mint.
Tampilan bodi yang membumi dan cat splash pun rasanya kurang greget apabila tidak menggunakan power mesin yang kuat. Dan akhirnya Firman pun menseting mesinnya yang 1700cc menggunakan 4 barrel Dellorto ukuran 45mm. Dan mengganti jeroan mesinnya dengan beberapa parts kompetisi. Sehingga tenaga yang di keluarkan oleh VW Kombi ini dapat mendorong dengan mudah beban VW Kombi yang sangat berat.
Kemudian pada bagian interior seluruh jok di ganti dengan jok bucket. Tidak hanya bagian driver atau co-driver, namun dua baris jok di belakang ia ganti pula dengan jok bucket. Sehingga aroma race mulai terlihat di interior VW kombi ini. Kemudian pada bagian panel-panel dashboard, ia lakukankastem dengan memasangkan instrumen Auto Meter untuk Speedometer, Tachometer, Ampere bensin dan Ampere meter. Itu menambah kekentalan aroma race di kabin nya bukan?!!
Tak pelak VW kombi ini ia beri nama Paijo, karena balutan cat di bodinya dominan warna hijau. Dan Paijo pun selain sering mengikuti kontes, Firman pun kerap mengikuti ajang drag race di beberapa event drag di Indonesia.
20 tahun pun terlewati, Paijo yang tidak pernah berubah warna atau bentuk ini sedang dipikirkan untuk melakukan perubahan.
“Kayaknya untuk style akan tetap saya pertahankan, mungkin hanya ada perubahan-perubahan kesil saja yang diterapkan pada Paijo”, ujar Firman. Seraya memutuskan harapan untuk para pengincar Paijo. Bahwa Paijo tidak akan pernah ia jual, karena ia akan melanjutkan mewariskan VW Kombi ini kepada putranya.
Dan kami pun berharap, semoga Paijo akan selalu menjadi bagian dari keluarga dimasa yang akan datang.